Minggu, 31 Oktober 2021

Cinta Masih Rahasia

 Buat apa suka? yang nantinya berduka

Lalu bagaimana dengan benci? yang pasti saling caci-maki

Apa kabar dengan rindu? seakan usang berdebu

Masihkah cinta bertahta? seolah mengundang s'buah derita

Bertepuk sebelah tangan, beda tipis antara ikhlas dan pelampiasan

Engkau katakan perjuangan? yang nantinya berujung kenangan

Mengapa harus cokelat dan bunga yang menjadi alasan?

Padahal nantinya sepenggal kata "putus" yang menjadi akhiran 

Jangan sungkan berkata hanya sekadar belas kasihan

Yang datang pastilah terlayang dalam angan

Untuk apa waktu sebagai alat ukur kenangan?

Toh selama perjalanan pasti muncul "keterpaksaan"

Mulut tak sungkan mengucap kata "setia"

Padahal, kenyataannya benak sanggup tuk "amnesia"

Mungkin itu semua hanya "janji manis"

Membuat diri merengek-rengek.. tersapu dalam "tangis"


Suramadu, xx-xx-2019

Pecandu Hasrat

 Mengerti bahwa itu salah

Namun tak membuat tuk berhenti berulah

Benak dan raganya tak mau padu

Mengundang sejuta candu

Hingga akhirnya terjebak di ruang pilu

Hitam.. kelam

Memang selalu penuh tipu daya

Jago dalam urusan menyelam

Namun kini t'lah tenggelam

Hasil tak mampu menerima segala upaya

Hanya terdengar jeritan kesengsaraan di lubuk terdalam

Tak ingin nafsunya terbenam

Cukup benak dan raganya saja yang tak padu

Seolah ada yang memanggil dan menaruh rindu

Kini kian tak lagi memilu..


Surabaya, 07 Mei 2019

NONGKRONG

 Sebuah kipas tua berkitar

Membuat lampu redup sekitar

Kiri kanan kian bergetar

Menyulut sawang tak berhenti bergentar

Memecahkan suasana yang tadinya netral

Dengan perang konversasi yang menjadi sentral

Lalu lalang kendaraan bermotor bernyanyi

Disusul rotasi musik yang silih berganti

Suara tuangan air panas dalam poci

Berusaha menyesuaikan temperatur bubuk kopi

Membuat aroma yang terendam perlahan keluar

Seakan tak ada yang hendak menahan

Bunyi-bunyi itu mengingatkan

Bahwa aku masih hidup

Hembusan nyawaku teratur tak meredup

Dan pendengaranku tak memburuk secepat yang kupikirkan


Surabaya, 13 September 2019

Besar Hatiku Padanya

 Hatinya rapuh

Mulutnya diam seakan tumpul

Air mata hanya tempat ia mengadu

Raganya kala berdialog "lumpuh"

Tenaganya seakan tak terkumpul

Ia berusaha menciptakan suasana memadu

Menyembunyikan perasaan lara

Mengumbar suasana ceria

Namun ia tetap sabar

Walau sejak lalu perasaannya t'lah hambar

Di balik kesabaran

Ia percaya ada hikmah yang menanti giliran

Suatu saat ia membisu

Diiringi raut muka yang tak biasa

Seakan dirinya lesu

Ia sadar semuanya t'lah aksa

Berusaha tuk melupakan

Namun terlambat

Semuanya t'lah menjadi kenangan

Nan rapuhnya t'lah bersambat


Ia perempuan pertama yang pernah ku acungkan jempol


Sumenep, 31 Oktober 2021

HENING

Perkenalkan

Aku hening

Hening jiwa

Hening bersama Tuhan

Hening cinta

Hening di ujung senja

Malam ini dibungkus gelap

Tanpa satu pun kata

Tanpa sebuah cerita

Tanpa ada secuil pun rasa

Aku hening

Yang hadir tuk menenangkan hati

Di saat kau menangis terlalu dalam

Menatap layar handphone yang penuh kenangan

Dengan tangan yang hendak meronta

Disusul detak jam teratur

Membuat kau bimbang dengan pilihan

Menghapus kenangan tuk hidup normal

Atau hidup dengan penuh kesengsaraan


Sumenep, 31 Oktober 2021

Kamis, 16 April 2020

Manusia Nokturnal


Manusia Nokturnal
Detak jantung teratur
Membuat senja tak mau larut
Senandung alam
Hentakan kaki mengundang malam
Dirinya hanya mengenal secangkir kopi
Selalu mengenakan topi
Seakan keningnya terasingkan
Dikeluarkan seputung rokok
Dengan aroma yang khas
Membuat raga yang berduka
Hati yang terluka
Menjadi tak berbekas
Situasi malam
Membuat rasa kantuk tenggelam
Masih dengan penghisap rokok
Tak sadar bahwa ayam t’lah berkokok
Rasa penat..
Terkalahkan oleh besarnya hasrat
Namun dirinya sadar
Bergegas tuk kembali
Ada hal yang belum terselesaikan
Sebuah tanggung jawab besar

Surabaya, 25 Maret 2019

Kamis, 19 Maret 2020

Adonan Istimewa Untukmu


Adonan Istimewa Untukmu
Sebelum mengucapkan selamat
Izinkan aku menceritakan sesuatu
Sesuatu yang istimewa
Yang dibuat oleh tangan ibuku sendiri
Sebelum kata sah terlontarkan
Izinkan aku menjabarkan
Tentang bahan dasar
Tepung terigu.. telur... mentega dan gula
Nantinya dicampur rata
Pastinya tidak dengan rasa yang datar
Diaduk sesuai naluri cinta
Sehingga teksturnya lembut dan tak kasar
Terkadang aku lara dan heran
Karena ibu memaksakan untuk yang terbaik
Padahal kesehatannya tak begitu membaik
Mungkin ibu senang
Saat ini anaknya sedang..
Kasmaran

Surabaya, 14 Februari 2019